CREATIVE DESIGN

Design Thinking

Design thinking is a process for practical, creative resolution of problems or issues that looks for an improved future result.[1] It is the essential ability to combine empathy, creativity and rationality to meet user needs and drive business success. Unlike analytical thinking, design thinking is a creative process based around the "building up" of ideas. There are no judgments early on in design thinking. This eliminates the fear of failure and encourages maximum input and participation in the ideation and prototype phases. Outside the box thinking is encouraged in these earlier processes since this can often lead to creative solutions.
In organization and management theory, design thinking forms part of the Architecture/Design/Anthropology (A/D/A) paradigm, which characterizes innovative, human-centered enterprises. This paradigm also focuses on a collaborative and iterative style of work and an abductive mode of thinking, compared to practices associated with the more traditional Mathematics/Economics/Psychology (M/E/P) management paradigm. [2]



Design thinking process
The design thinking process has seven stages: define, research, ideate, prototype, choose, implement, and learn.[1] Within these seven steps, problems can be framed, the right questions can be asked, more ideas can be created, and the best answers can be chosen. The steps aren't linear; they can occur simultaneously and can be repeated.
Although design is always subject to personal taste, design thinkers share a common set of values that drive innovation: these values are mainly creativity, ambidextrous thinking, teamwork, end-user focus, curiosity. There is considerable academic interest in understanding design thinking or design cognition, including an ongoing series of symposia on research in design thinking.[3]

Tracking-Mixing-Mastering

Tracking-Mixing-Mastering dalam industri musik, tentunya membutuhkan batasan-batasan yang lebih ketat. Karenanya penguasaan segala hal demi terjaganya mutu amat dijaga baik-baik. Sejak dari masa persiapan hingga keseluruhan tahap-tahap yang harus dilaluinya.

Kerja di bidang musik: bukan cuma jadi ‘anak band’ (Part 1)

Maylaffayza, Ming Jul 25, 2010 00:40 WIT

Ujung-ujungnya, sekolahnya apaaa..eeh balik-baliknya mereka kembali ke panggilan jiwanya untuk bekerja di bidang musik lagi. ” 

Saya menulis ini untuk satu alasan: membuka mata siapapun untuk menyadari bawah kerja kreatif dalam industri kreatif seperti bisnis musik bukan semata hanya main musik, nge-band, jadi anak band, cantik-cantik’an di panggung, bergaya ngartis, atau istilah ngetop-nya bergaya ‘narsis’.

Wake up everybody!

Kita bicara sebuah bisnis dalam kerangka besar: INDUSTRI MUSIK.

Saya banyak menerima cerita bahkan yang ‘melapor’ dan ‘mengadu’ ke saya bahwa banyak yang ingin terjun berkarir atau bahkan baru mau belajar musik, tidak di ijinkan orang tua. Akhirnya mereka di sekolahkan di bidang yang bukan panggilan jiwanya. Ujung-ujungnya, sekolahnya apaaa..eeh balik-baliknya mereka kembali ke panggilan jiwanya untuk bekerja di bidang musik lagi. Sayang kan, biaya sekolah yang mahal tapi ilmunya tidak berkaitan dan tidak bisa dipakai dalam kerjanya dalam bidang musik. Kecuali bahwa ilmunya bisa mensuport kegiatannya dalam industri musik.

Saya pribadi mempunyai berbagai peran dalam karir saya di bisnis musik ini. Saya pendiri dan pengawas management pribadi yang saya bangun 10 tahun yang lalu. Saya juga seorang penampil soloist (sebagai pemain biola dan penyanyi). Dan saya juga adalah music producer. Ada 3 peran dalam karir saya dalam bisnis musik ini.

Saya mengerti bahwa  ini tantangan buat siapapun yang bahkan baru mulai ingin belajar musik saja sudah tidak di dukung. Atau bahkan sudah berkarir di musik masih juga tidak dihargai lingkungan. Boro-boro dihargai masyarakat, bahkan belum tentu dihargai oleh keluarga besar. Boro-boro dihargai keluarga besar, jangan-jangan orang tua sendiripun masih memandang rendah kerja di bidang musik.

Apa saja sih profesi dan departemen dalam bisnis musik ini. Ternyata luaskan? Lalu apa bedanya dengan bisnis yang dikelola oleh perusahaan/ korporasi? Hampir tidak ada.


Saya sendiri beruntung di dukung orang tua 200% di musik, dengan segala resiko yang ditanggung bersama. Saya juga di dukung berbagai pihak keluarga yang menghargai musik, saya hargai sepenuhnya support tak terkira yang tidak ad ahabis-habisnya oleh mereka. Namun tidak bisa dipungkiri, jujur saja yakin pasti masih ada anggota keluarga atau teman yang masih memandang sebelah mata profesi saya di bisnis musik, atau tidak/belum punya ide sama sekali bahwa ini adalah bisnis yang harus di kelola serius sama seperti bisnis dalam korporasi. Hanya saja dalam bidang industri musik.

Saya juga yakin masih ada yang menganggap profesi di bidang musik adalah tentang bergaya ngartis, atau bahkan hanya perlu terlihat menarik dilayar atau media. Oh come on.

Well, semua itu tidak tepat. Sebuah pengertian yang harus diperjelas. Ini adalah sebuah industri. Sebuah industri  tentu saja otomatis berkaitan dengan bisnis. Sebuah industri dalam bidang kreatif.

Jika dijabarkan urutannya: industri --> industri kreatif --> industri musik.

Berikut dibawah ini adalah berbagai profesi serta departemen yang bisa dijalani dalam berkarir di dalam industri musik:
1. Produksi musik:
  • Music producer
  • Music director
  • Music  composer
  • Music arranger
  • Sound engineer
  • Music programmer
  • Pencipta lagu
2. Pendidik musik:
  • Guru musik
  • Fasilitator atau pembicara music workshop
  • Pendiri dan pengelola sekolah musik
  • Juri berbagai lomba dan kontes musik
3. Pemain musik:
  • Musisi penampil tunggal/ soloist
  • Musisi penampil dalam sebuah grup musik
  • Musisi pengiring
  • Musisi pengisi rekaman
4. Perusahaan rekaman:
  • Artist and Repertoir specialist
  • Music distributor
  • Publikasi dan promosi
  • Music Marketing
  • Bagian Penjualan Musik
  • Pendiri dan pengelola perusahaan rekaman
  • Music publisher
  • Music publicist
  • Music business affair
  • Music business development
  • Music business consultant
  • Music business lawyer
5. Music Artist management dan supporting music performance crew:
  • Pendiri dan pengelola artist management
  • Manager
  • Asisstant manager
  • Road manager
  • Production manager
  • Stage manager
  • Sound engineer
  • Teknisi
6. Musik dalam media:
  • Kritikus dan pengamat musik
  • Reporter/wartawan musik
  • Radio music director
  • Radio music librarian
  • Radio music producer
(Note: banyak istilah saya biarkan dalam bahasa Inggris karena jenis pekerjaan tersebut jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi terdengar ajaib. Industri musik banyak berkembang dari luar negeri, hingga sebutannya ada dalam konteks bahasa Inggris.)

Yang Anda baca di atas masih sebagian, dan masih bisa di tambahkan lagi. Bagi yang membaca ini dan ingin menambahkan dalam kolom komentar, silahkan. Mari kita berdiskusi. Berbagai profesi  di bidang industri musik akan berkembang sesuai dengan perkembangan budaya dan teknologi, karena keduanya berkaitan erat dengan perkembangan industri musik.

Saya belum bisa menjabarkan satu persatu definisi dari setiap profesi yang disebutkan diatas, nanti tulisan saya akan terlalu panjang. Tapi setidaknya hal ini untuk membuat pandangan Anda terbuka terhadap industri kreatif yang satu ini. Saya hanya memberikan gambaran, apa saja sih profesi dan departemen dalam bisnis musik ini.  Ternyata luaskan? Lalu apa bedanya dengan bisnis yang dikelola oleh perusahaan/ korporasi? Hampir tidak ada.

Bagi yang ingin belajar musik, ingin berprofesi di bidang musik tapi tidak di dukung keluarga, mulailah pikirkan dari berbagai posisi profesi diatas, tepatnya nanti ingin menjadi apa. Pertajam tujuan.  Bagaimanapun jika kita belajar sesuatu, harus dan sebaiknya yang menghasilkan penghidupan, alias uang. Itu tujuan orang tua kita menyekolahkan kita. Sekolah atau kursus yang dibiayai orang tua  kita bukan sekedar supaya kita hafal berbagai teori ilmu di otak, tapi tujuan mereka agar kita, anak-anaknya, punya masa depan yang baik, penghidupan yang layak, penghasilan yang menjamin kelangsungan kehidupan. Print tulisan ini, dan mulailah dibaca ulang serta dipikirkan kembali: apa rencana karir kedepannya dalam bidang musik ini. Jadi tidak menghambur uang orang tua untuk sesuatu yang masih tidak jelas rencananya. Kasihan ‘kan, mereka sudah kerja keras menyekolahkan anaknya.

Bertanggung jawab terhadap pilihan hidup kita, bukan hanya tanggung jawab orang tua kita. Tapi, sesungguhnya, yang paling utama adalah tanggung jawab kita sendiri.

Selamat datang perjalanan musikal!